Kamis, 18 April 2013

Diagnosis Dan Terapi Epilepsi

Diagnosis dan terapi epilepsi tak bisa dilakukan sembarangan, anda pastinya membutuhkan pertolongan seorang dokter. Saat anda menemui seseorang yang kejang, maka tidak dapat anda langsun menduga bahwa dia mengalami epilepsi. Karena untuk mendiagnosis epilepsi perlu untuk dilakukan penelusuran tentang riwayat keluarga maupun dengan pemeriksaan sesuai dengan etika medis.

Epilepsi bukanlah gangguan ringan yang dapat didiagnosis dan diobati secara sembarangan oleh orang awam. Orang yang menderita penyakit ini memerlukan penanganan khusus.

Mengenai bagaimana cara mendiagnosis apakah seseorang terkena epilepsi atau tidak bisa dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya :

Diagnosis Dan Terapi Epilepsi
1. Tes urine dan darah
Untuk seseorang yang diduga menderita epilepsi, sangat dianjurkan untuk melakukan tes urine dan darah karena mampu memberikan data yang cukup terpercaya yang memungkinkan anda mengetahui tentang status penyakit yang menyerang anda.

2. MRI atau CT scan
Cara diagnosis ini dapat menjadi alternatif pilihan jika tes urine maupun tes darah tidak memungkinkan untuk dilakukan.

Penelusuran riwayat keluarga juga bisa dilakukan untuk mendiagnosis epilepsi karena penyakit ini juga dapat terjadi karena faktor genetik. Bagaimanapun, persentase faktor keturunan pada penderita epilepsi terbilang cukup kecil. Jangankan orang yang memiliki riwayat keturunan epilepsi, orang yang sebelumnya sehat dan tak memiliki riwayat keluarga yang menderita epilepsi pun dapat terkena penyakit ini. Faktor penyebabnya ada banyak diantaranya, trauma pada kepala seperti kecelakaan dan benturan pada kepala, infeksi otak (penyakit yang menyebabkan komplikasi di otak), stroke, dan pendarahan otak.

Apabila anda sudah secara positif dinyatakan menderita epilepsi berdasarkan hasil tes, maka sebaiknya anda segera mengambil langkah terapi agar penyakit tersebut tidak makin parah. Biasanya, buat terapi penderita epilepsi bisa dengan mengonsumsi obat antiepilepsi dan ini banyak dijadikan pilihan oleh masyarakat. Bagaimanapun, obat ini kurang bagus apabila dikonsumsi oleh para wanita dan lansia.

Obat antiepilepsi mampu menurunkan efek dari obat kontrasepsi. Selain itu, pengaruh peningkatan hormon juga akan mempengaruhi epilepsi, seperi hormon estrogen yang cenderung meningkatkan epilepsi dan hormon progesteron cenderung menurunkan epilepsi. Oleh karena itu, dalam penerapan terapi epilepsi pun dibutuhkan pengetahuan khusus mengenai beberapa obat sehingga tidak menimbulkan dampak yang lebih buruk.

Pokoknya anda harus segera berkunjung ke dokter begitu mendapati salah satu anggota keluarga mengalami gejala penyakit epilepsi agar segera mendapatkan perawatan yang tepat biar tidak semakin parah. Baca artikel saya yang sebelumnya mengenai jenis gejala epilepsi yang umum terjadi.